Contact Center VPTI
Extension 2 : Keuangan
Senin - Sabtu : 08:00 - 17:00 WIB
(Setelah 17:00 WIB dapat menghubungi layanan WhatsApp Center No: 081289260790)
Kemendag optimistis kinerja ekspor impor stabil karena implementasi local currency settlement (LCS) kendati ada potensi penguatan kurs dolar AS.
Nyoman Ary Wahyudi - Bisnis.com 17 Februari 2022 | 14:35 WIB
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan kinerja ekspor dan impor dalam negeri relatif stabil di tengah potensi penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat sepanjang 2022.
Kasan menerangkan implementasi perjanjian transaksi lewat mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) Indonesia bersama dengan China, Jepang, Malaysia dan Thailand turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat tahun ini. Kasan mengatakan volume dan nilai transaksi LCS sepanjang 2021 mengalami peningkatan yang signifikan sejak digulirkan pada 2018.
“LCS antara Bank Indonesia [BI] dengan Bank Central RRT untuk transaksi bilateral termasuk ekspor dan impor menunjukkan keyakinan BI atas stabilitas nilai tukar rupiah ke depan dan ketergantungan terhadap US$ tidak lagi terlalu dikhawatirkan,” kata Kasan, Rabu (16/2/2022).
Selain itu, kata Kasan, posisi cadangan devisa di atas US$137 miliar bakal menambah keyakinan bagi eksportir dan importir untuk menghadapi dampak dari penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat menyusul kebijakan tapering off dari Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akhir tahun lalu.
“Saya kira kinerja ekspor dan impor kita cukup resilience menghadapi risiko dampak dari Kebijakan The Fed tersebut,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Hariyadi B. Sukamdani mengatakan pemanfaatan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) untruk transaksi bilateral mengalami peningkatan yang pesat sepanjang 2021. Menurut Hariyadi, peningkatan itu disebabkan karena volume dan nilai transaksi dagang Indonesia dengan China terbilang besar pada tahun lalu.
“Dengan China ini naik luar biasa karena smelter sudah jalan produk nilai tambahnya sudah besar di sana sehingga defisit tahun lalu itu hanya US$2,4 miliar dari sebelumnya besar sekali mencapai US$30-an miliar,” kata Hariyadi dalam diskusi Finance Track Side Events G20, Rabu (16/2/2022).
Adapun pemanfaatan LCS menunjukkan perkembangan yang signifikan sejalan dengan perluasan dan penguatan kerjasama transaksi mata uang lokal tersebut setiap tahunnya. Total transaksi LCS mencapai setara US$2,53 miliar pada 2021. Torehan itu mengalami peningkatan dari posisi setara US$797 juta pada 2020.
Perkembangan transaksi LCS itu didorong oleh kontribusi signifikan transaksi antara Indonesia-Jepang dengan nilai setara US$95 juta dan Indonesia-China mencapai US$128 juta pada tahun lalu.
(Sumber : Bisnis.com)